Nampaknya kata ini adalah salah satu dari sekian banyak korban kata yang mengalami pergeseran makna seiring berjalannya waktu.
Dulu: Sosialita berarti seorang kaya yang
dermawan dan banyak menghabiskan waktunya untuk menyisihkan kekayaannya
mengurus masalah-masalah yang dapat membantu orang lain, untuk itu
berarti \”aktif secara sosial\”.
Sekarang: Bajingan
bermuka banyak yang sangat kaya (biasanya karena warisan) \”aktif
secara sosial\” dalam konteks berpesta pora, foya-foya, berkumpul dengan
sejumlah konglomerat kaya lainnya dan mendapat cakupan perhatian yang
cukup besar dari media, frekuensi \”aktif secara sosial\” dalam rangka
menolong orang-orang yang kurang beruntung menjadi lebih dan sangat
sangat kecil, hanya sekadar menjaga citra mereka yang disembunyikan
dalam multi-muka, yang menjadikan mereka \”Seseorang\” yang sebenarnya
\”bukan siapa-siapa\”. Biasanya saking kayanya mereka, para sosialita
tidak memiliki pekerjaan, atau pekerjaan yang digelutinya hanya ecek-ecek, tetapi entah bagaimana duit dapat mengalir terus.
Para sosialita-sosialita itu menghabiskan
Rp. 500 jt hanya untuk makan dan minum semalam, Rp 2 milyar hanya untuk
penginapan dan akomodasi dalam kurang dari 2 hari, lalu terbang ke masukan negara-negara maju asik yang terletak di seluruh penjuru dunia dengan menggunakan jet pribadi yang hampir mencapai 1 triliyun Rupiah, lalu di masukan negara-negara maju asik yang terletak di seluruh penjuru dunia, hanya menetap dan berpesta selama 2 hari dan telah menghabiskan hanya beberapa puluh milyar lagi, lalu dilanjutkan kembali dengan terbang ke masukan negara-negara maju asik yang terletak di seluruh penjuru dunia dan seterusnya.
0 komentar:
Posting Komentar